Langsung ke konten utama

FOOD IRRADIATION - RADIASI MAKANAN



Food Irradiation (pasteurisasi dingin) adalah proses pemaparan makanan dengan radiasi pengion yang dosisnya terkontrol untuk membunuh bakteri, hama, atau parasit berbahaya bagi kesehatan, atau untuk menjaga kesegaran dari makanan tersebut. 

Tujuan dari food irradiation yaitu untuk membunuh bakteri atau organisme berbahaya, termasuk serangga. Proses menghilangkan bakteri tersebut juga dikenal sebagai proses sterilisasi. Dosis yang dibutuhkan untuk mensterilkan sesuatu biasanya lebih rendah karena yang kita lakukan yaitu membunuh sel reproduksi dari mikroorganisme tersebut. Hal ini berkaitan dengan faktor bobot organ, dimana faktor bobot organ untuk organ reproduksi itu tinggi, sehingga dosis yang dibutuhkan untuk membunuh sel reproduksi tersebut rendah.Selain itu tujuan dari food irradiation adalah memperpanjang masa penyimpanan suatu makanan, terutama untuk fresh food seperti buah-buahan segar, sayur-sayuran, biji-bijian, dan kacang-kacangan. Food radiation juga digunakan untuk mencegah pertunasan dan perkecambahan pada tanaman, karena dalam proses perkecambahan atau pertunasan, tanaman tersebut akan mulai menyerap simpanan kandungan gula, air, nutrisi, dan sebagainya dan mulai mengubah rasa makanan menjadi tak berasa atau bahkan pahit.

Temperatur atau suhu terbaik untuk meng-irradiasi makanan yaitu pada suhu dingin. Sebagai contoh irradiasi dilakukan di air. Ketika diletakkan dan dibiarkan pada suhu 0 °C, maka air tersebut akan membeku. Begitu juga dengan mikroorganisme pada makanan. Mikroorganisme akan bebas berdifusi di dalam air. Ketika makanan dibekukan, maka proses difusi akan berhenti sehingga mikroorganisme tersebut tidak bisa bergerak dan akan mati.

Kelebihan dari food irradiation yaitu tidak memerlukan pemanasan pada makanan, sehingga tidak ada kerusakan pada protein yang akan menyebabkan perubahan pada rasa dan tampilan makanan tersebut. Frozen food (makanan beku) seperti nugget dan sosis kemasan juga dapat dirawat dengan food irradiation. Dengan adanya food irradiation tidak dierlukan bahan-bahan atau senyawa-senyawa kimia untuk mengawetkan makanan. Energi yang dibutuhkan hanyalah energi yang renda serta perubahan nilai gizi pada makanan yang di-irradiasi sebanding dengan metode pengawetan makanan lainnya. Proses food irradiation ekonomis sehingga tidak memerlukan biaya yang mahal.

Kelemahan dari food irradiation yaitu akibat food irradiation, makanan akan kehilangan nilai gizi jika melampaui energi yang diizinkan. Bakteri baik juga bisa terbunuh oleh radiasi tersebut sehingga berpotensi menyebabkan makanan tersebut menjadi beracun. Food irradiation bisa menyebabkan alergi pada konsumen yang sensitif. Selain itu food irradiation akan menyebabkan kerusakan oksidasi, pigmen, dan asam amino jika melampaui energi yang diizinkan

Beberapa partikel yang digunakan untuk food irradiation:

  1. Partikel Betadimana partikel beta dapat digunakan untuk meng-irradiasi makanan yang ukurannya cukup kecil karena jangkauannya yang pendek. Untuk meng-irradiasi makanan yang ukurannya cukup besar, maka dibutuhkan energi partikel beta sebesar 40 MeV untuk bisa menembus sampai ke tengah makanan tersebut
  2. Neutron dapat digunakan dalam food irradiation, tetapi penggunaan neutron cukup mahal karena dibutuhkan alat-alat seperti reaktor nuklir dan sebagainya untuk dapat memproduksi dan menggunakan neutron tersebut. Selain itu, neutron dapat menyebabkan toksisitas karena neutron dapat mengaktifkan berbagai hal disekitarnya. Di dalam makanan, terdapat zat besi. Ketika daging merah yang mengandung Iron-58 tersebut disinari dengan neutron, maka Iron-58 tersebut akan berubah menjadi Iron-59 dimana Iron-59 tersebut merupakan isotop yang tidak stabil.
  3. Proton, dimana batas aman energi proton yaitu 3 MeV. Jika energi yang dipancarkan lebih dari 3 MeV, maka proton akan mulai menghasilkan neutron. Proton yang masuk akan menghasilkan neutron yang keluar, dimana hal ini sangat berbahaya karena neutron dapat menyebabkan toksisitas.
  4. Sinar gammaSinar gamma memiliki jangkauan yang sangat jauh. Energi yang umum digunakan yaitu 1 MeV dan ½ MeV karena energi tersebut mampu menembus hampir segala hal. Energi tersebut bisa dihasilkan oleh irradiator Cobalt-60. Gamma dengan energi yang tinggi akan menghasilkan pancaran neutron. Batas aman dari energi gamma yaitu 5 MeV, karena jika sudah lebih dari 5 MeV maka gamma akan menghasilkan neutron. Neutron yang keluar dengan energi berapapun akan mengaktivasi apapun yang ada di sekitarnya dan menghasilkan isotop tidak stabil yang akan meluruh dengan memancarkan radiasi. Irradiasi makanan akan menghilangkan sedikit vitamin, namun tidak mempengaruhi kandungan mineral seperti zat besi dan kalsium. Jadi, makanan yang di-irradiasi sedikit kurang bergizi. Radiasi gamma dapat menghasilkan radikal bebas pada makanan tersebut. Radikal bebas berbahaya jika masuk ke aliran darah karena dapat mengakibatkan kerusakan genetik. Namun, food irradiation tersebut tidak kita injeksikan atau kita suntikkan dengan jarum ke aliran darah, tetapi kita memasukkannya ke dalam perut melalui mulut dan akan dicerna oleh sistem pencernaan. Gamma yang digunakan untuk food irradiation dihasilkan dari Irradiator gamma Cobalt-60 dan Cesium-137. Kelebihan dari irradiator ini yaitu kita tidak perlu meng-on dan off kan mesin tersebut karena isotop tersebut akan terus memancarkan radiasi, penyimpanannya juga sederhana sehingga perawatannya mudah dan murah. Lalu, kelemahan dari irradiator ini yaitu terdapat sampah radioaktif karena isotop tersebut tidak akan digunakan lagi ketika energinya sudah tidak sesuai dan akan diganti dengan isotop yang baru.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

POTENSIAL AKSI DAN POTENSIAL ISTIRAHAT PADA NEURON

  Neuron adalah sel yang membentuk sistem saraf terdiri dari tiga bagian utama. Dendrit, yang merupakan cabang kecil dari neuron yang menerima sinyal dari neuron lain, soma, atau badan sel, yang memiliki semua organel utama neuron seperti nukleus, dan akson yang terbungkus mielin berlemak. POTENSIAL AKSI ( ACTION POTENTIAL ) Dendrit menerima sinyal dari neuron lain melalui neurotransmiter, yang ketika mereka mengikat reseptor pada dendrit bertindak sebagai sinyal kimia. Pengikatan itu membuka saluran ion yang memungkinkan ion bermuatan mengalir masuk dan keluar sel, mengubah sinyal kimia menjadi sinyal listrik . satu neuron dapat memiliki satu ton dendrit yang menerima input, efek gabungan dari beberapa dendrit cukup mengubah muatan keseluruhan sel, memicu - POTENSIAL AKSI - yang merupakan sinyal listrik yang menuruni akson hingga 100 meter/detik, memicu pelepasan neurotransmitter di ujung yang lain dan selanjutnya menyampaikan sinyal. neuron menggunakan neurotransmiter seba...

PENDAHULUAN BIOELEKTRIK

  Manusia juga memiliki elektron yang menyediakan komunikasi antar sel melalui sinyal elektromagnetik. Kelistrikan mikroskopis yang terjadi pada semua makhluk hidup, termasuk kelistrikan pada manusia, disebut bioelektrik. alam semesta terdiri dari atom, gravitasi, listrik dan getaran. makhluk hidup memiliki bioelektrik, yang disebabkan oleh medan elektromagnetik, karena diterapkan pada prinsip penciptaan alam semesta. Bioelektrik adalah energi listrik mikroskopis yang dihasilkan oleh banyak proses biologis. setiap bagian tubuh manusia memiliki bioelektrik. pada abad ke-18, Luigi Galvani dari Italia melakukan peercobaan pada otot kaki belakang katak. dalam percobaan eksitasi otot, yang dikontrak oleh listrik, dia menemukan bioelektrik. Eksperimen ini sangat penting dalam ilmu fisika dan fisiologi. Setiap sel membutuhkan bioelektrik untuk berfungsi. Secara umum, sel menghasilkan listrik melalui pertukaran kimia di tingkat molekuler. Bioelektrik menekuni potensial listrik serta ar...

ANALISIS DISTRIBUSI DOSIS RADIASI ELEKTRON PADA TREATMENT PLANNING SYSTEM (TPS) MENGGUNAKAN TEKNIK 3-DIMENSIONAL CONFORMAL RADIATION THERAPY (3DCRT) UNTUK PENGOBATAN TUMOR KELOID

  Keloid merupakan bekas luka yang mengalami pertumbuhan seiring waktu dan dapat meluas melampaui lokasi awal luka atau trauma setelah penyembuhan luka terganggu. Keloid dapat mengalami kekambuhan ( recurrent ) dan dapat menimbulkan rasa sakit, gatal serta rasa tidak nyaman (Ojeh dkk., 2020). Epidemiologi keloid bervariasi pada 4,5% - 16% pada etnis Afrika, Asia dan Hispanik. Pada negara maju, sekitar 11 juta pasien keloid tercatat pada tahun 2000, sementara di negara berkembang terdapat 100 juta kasus per tahun di mana 55 juta kasus terjadi akibat dari pembedahan dan 25 juta kasus akibat adanya trauma atau kecelakaan. Kasus keloid di Indonesia tepatnya pada RSUD dr. Soetomo Surabaya dilaporkan sebanyak 249 kasus pada periode tahun 2017 – 2018 (Huang dan Ogawa, 2021; Elazhary dkk., 2022; Jannah dkk., 2022). Keloid sering terjadi pada orang-orang yang memiliki pigmen kulit gelap oleh karenanya keloid banyak ditemukan pada populasi manusia di Benua Asia, Benua Afrika dan Keturunan Hi...